senja menjadi saksi perbincangan ini, di hari ke -17 Januari 2007
she : "udah 3 hari ini, aku pulang sore terus. jam 6"
he : "alhamdulillah. jadi bisa istirahat kan?"
she : "ehmm... iya. seneng. soalnya ketemu ma matahari. di situ ujan mulu ya?"
he : "iya. kan mentari-nya di sana"
she : (a..apa yang dia bilang barusan? mentari-nya di sana? apa aku ngga salah denger. seperti bermimpi mendengar kalimat itu)
she : "mentari-nya siapa?" (ahh, siapa tau aku salah sangka, tidak ada salahnya meminta penjelasan. meski degup dadaku semakin bertambah kencang)
he : "mentari-nya Mas"
she : (oo... my God. he say it! dengan nada suara serius dan penuh kelembutan. aku merasakan cinta itu di sana)
he : "semoga bisa terus menjadi mentari ya..."
he : "semoga bisa terus menjadi mentari ya..."
she : (aa...apa lagi katanya? aku tidak mendengar begitu jelas. aku terlalu sibuk dengan bahagiaku)
she : "amiiiiinnn" (apalagi yang bisa kukatakan? aku sudah kehilangan kata-kata karena terlalu bahagia)
she : (aku tidak pernah bermimpi mendengar kalimat indah itu dari dia. mungkin tidak bisa menyamai setangkai mawar, tapi aku cukup bahagia mendengarnya. salah! aku sangat bahagia mendengarnya)

2 comments:
waakkkaakakkakaakakka
Dan mentari.........semburatnya pun tampak semakin merah;)
Post a Comment