***
kebiasaan di kost, kalo udah bosen sama buku yang di kamar (hampir semua buku yang tersisa adalah buku-buku berat, baik timbangan maupun isinya), langsung teriak-teriak manggil mbak iva (temen kost), "mbak, ada buku ringan yang bisa dibaca ngga?"
***
sebenernya udah lama ( sejak dia selese baca) mbak iva nawarin aku buat baca Gajah Mada Hamukti Palapa (GMHP) tapi selalu aku tolak. alasannya simpel aja. kayanya bukunya berat banget (sekali lagi baik isi maupun timbangannya). ngeliat judulnya aja, aku langsung inget sama guru sejarah waktu SMA dulu, yang doyan banget bercerita (kadang aku juga seneng ndengerinnya sih) meski tampangnya serem. dan beliau memang masuk jajaran guru killer. tapi, beberapa hari kemarin, akhirnya aku terima juga tawaran dia buat baca GMHP. saking udah putus asanya. komik Fujiomi dan Conan udah melebihi batas rerun yang diperbolehkan kayanya.
***
sebenernya aku baca GMHP karangan Langit Kresna Hariadi ini karena sedikit penasaran juga sih. aku tau lah, isi sumpah palapa-nya Gajah Mada itu kaya apa. jadi, aku penasaran aja, kok bisa sih nyeritain sumpah palapa mpe beratus-ratus halaman gitu. apa dia nyeritain keberhasilan Gajah Mada mewujudkan sumpahnya itu ato bagaimana? daripada penasaran, akhirnya aku baca aja.
***
aku dah nyiapin diri bahwa aku bakal membaca sebuah lakon sejarah yang amat sangat berat, maka aku membacanya pelan-pelan. 5 halaman pertama terlewati. ehh... bagus juga. deskripsi tentang suasananya bener-bener hidup. jadi bisa mbayangin. seperti melihat sebuah film kolosal. dan satu lagi, paragraf-nya di buat pendek-pendek, jadi enak bacanya. dan akhirnya... buku ini memang keren!
***
tadinya, aku berpikir isi buku ini adalah cara Gajah Mada mewujudkan sumpah palapa. kalo emang kaya gitu, aku pikir isinya adalah perang, perang dan perang. nah, kalo kaya gitu, apa menariknya? untunglah dugaanku itu salah. sumpah palapa yang dilakukan Gajah Mada adalah ending dari buku ini. inti dari buku ini sebenernya lebih bercerita pada kejadian hilangnya 2 benda pusaka kerajaan Majapahit, yang waktu itu berada di bawah pimpinan Tribuanatunggadewi dan adiknya (aku lupa namanya. panjang banget). hilangnya selembar cihna (nama jawanya aku lupa. sumpah! susah banget ngingetnya. tapi maksudnya adalah selembar kain bercorak yang bergambar lambang kerajaan Majapahit) dan sosong Udan Riwis (payung yang diberi nama Udan Riwis) otomatis membuat geger istana. siapa gerangan maling yang berhasil menyusup ke dalam istana yang penjagaannya sangat ketat itu?
***
masalah hilangnya benda pusaka kerajaan belum lagi selesei, ketika ternyata ada lagi maling yang mencoba mencuri 2 benda pusaka yang telah tercuri sebelumnya. belum lagi ancaman makar dari Keta dan Sadeng (semacam kerajaan kecil yang berada di bawah kekuasaan Majapahit) dan kedatangan Aditiawarman (sepupu Tribuanatunggadewi), lengkap dengan armada perang kapal laut yang sangat tangguh. juga konflik diri yang dialami Gajah Enggon selaku senopati Bayangkara, yang merasa bertanggung jawab atas hilangnya 2 pusaka itu, ketika menerima petunjuk dari Ibu Suri Gayatri yang sangant membingungkan perihal kehilangan itu. gile! konfliknya banyak banget. seperti potongan puzzle yang berserakan di mana-mana, yang masing-masing membutuhkan pemecahan. ternyata engga. potongan itu pelan-pelan mengerucut kepada satu penyeleseian di akhir cerita.
***
ketika tinggal sepertiga halaman terakhir, aku udah ngga sabar lagi pengen tau endingnya. alhasil, aku baca express. cuma yang penting-penting aja (penting bagi aku) yang aku baca. karena kalo udah baca buku, kalo belum selese, aku ngga bisa konsen sama kerjaan lain. susah kan? kalo aku musti baca GMHP berhari-hari?
***
bahasa GMHP dikemas sangat ringan. kaya bukan ngomongin sejarah. padahal hampir semua peristiwa yang ada di situ ada sumber dari berbagai kitab dan prasasti. cara membaca buku sejarah yang menyenangkan.
***
selese baca GMPH, cuma satu komentarku ke mbak iva, "mbak, aku ngefans sama Maling Wirota" dan salah satu adegan yang aku suka di buku itu adalah pertemuan kembali 3 sahabat lama, Maling Wirota, Mahisa Pawagal, dan Mahisa Dangdi, ketika tubuh mereka telah sama-sama renta. penasaran kan? kok bisa ngefans sama Maling? bisa donk:p makanya, baca buku ini. ditanggung ngga rugi:p
1 comment:
jadi inget sandiwara radio tutur tinular....
Post a Comment