***
kemarin malam, sehabis tarawih di kantor, di meja sudah ada pesan.
"ena, aku sholat isya dulu, tungguin ya"
tanda tangan yang sangat ku kenal.
***
beberapa menit kemudian, aku dan dia turun. pulang. sesampai di depan lobby aku bilang padanya, "aku mo ke LG dulu."
"mo makan?", tanya dia.
"mo beli makan", jawabku. aku berharap dia pulang, tidak usah menemaniku. sudah terlalu malam. kasian juga.
"kamu makan aja. aku temenin. ada yang perlu diomongin."
"wahh... jadi deg-degan", jawabku iseng. masih tidak menyangka akan apa yang bakal terjadi.
***
akhirnya aku dan dia memesan menu yang sama. mie ayam baso.
"ada apaan?", tanyaku membuka percakapan. meski deg-degan atas jawaban dia.
"mau serah terima kerjaan majelis taklim", jawabnya masih dengan muka cengesesan.
"maksudnya?" tanyaku dengan nada menusuk.
"mulai besok aku udah ngga masuk kerja."
aku diam. tidak tau harus berkomentar apa. mie ayam baso datang bersamaan dengan hilangnya selera makanku.
***
masih dalam diam. aku dan dia mencoba menikmati makanan. aku berpikir, mungkin akan lebih enakan kalo mangkoknya aku banting. untungnya, itu cuma sampai batas pemikiran, belum ke pelaksanaan.
***
selang beberapa detik, mengalirlah cerita dari dia. aku mendengarkan, menatap wajahnya sambil sesekali mengaduk mie ayam ga karuan. aku berpikir, mie ayam ini sungguh menyebalkan! aku bertanya beberapa hal. mengutarakan keberatan-keberatanku. tapi toh... itu tidak akan mengubah keadaan. aku nyerah.
***
ahh... selalu seperti ini. mataku selalu tak bisa bekerja sama. selalu mengeluarkan air di saat-saat yang tidak tepat. padahal wajah di depanku menunjukkan keikhlasan dan ketegaran yang luar biasa.
***
mungkinkah ini akan menjadi makan malamku dengannya yang terakhir? tapi kenapa harus dalam keadaan seperti ini? aku makan dengan repotnya karena harus menenangkan diri agar air mataku segera terhenti, sementara dia makan dengan sangat-sangat tenang.
***
dan makan malam kemarin kami isi dengan diam.
***
hingga aku selese makan. sudah jam 9. sudah terlalu malam buat dia yang rumahnya jauh.
"udah? yuk! udah malem. tar kamu kemaleman."
***
aku dan dia meninggalkan LG. berjalan sampe ke gerbang dan berpisah. masih seperti malam-malam biasanya.
***
dan sepanjang jalan pulang aku hanya bisa menutup mulut dan mengusap airmata yang terus saja mengalir. kalo orang-orang melihatku dalam keadaan seperti ini? ahh, apa peduliku? biar saja semua tahu! aku hanya tak habis pikir, kenapa? kenapa harus dia? kenapa harus dia yang sangat baik itu? kalo dia pergi, lalu aku???
***
dia, yang ketika awal pertemuan kami bertanya dengan polosnya, "nawa ikut liqo ya?"
dia, yang sering kumarahi karena HP-nya lebih sering mati daripada nyala.
dia, yang sering kumarahi karena terlalu baik sama orang lain hingga mereka bisa memanfaatkannya.
dia, yang sering membuatku celingukan kalo berjalan berdua, karena selalu ketinggalan di belakang.
dia, yang tak berani menegurku ketika aku dikejar deadline.
dia yang ... chizumi banget.
dia, yang tak pernah menolak ajakanku meski hanya untuk duduk-duduk di taman depan sepulang kerja.
dia, yang rela pulang malam hanya untuk menemaniku makan.
dia, yang mengantarkan makanan ketika aku sakit dan ngga masuk kerja.
dia, yang menyiapkan kue kejutan di pagi hari ulang tahunku.
dia, yang ketika aku melihatnya menangis hampir membuat dadaku mengembang dengan kalimatnya, "kehormatan, na. kamu liat aku nangis. ibuku aja ngga pernah"
dia, yang tak pernah memikirkan kepentingannya sendiri.
dia, wanita paling tegar yang pernah ku temui.
***
dulu sekali, aku pernah berikrar, tidak akan pernah mencintai
karena perpisahan akan terasa menyakitkan ketika aku mencintai
sayang, waktu membuatku lupa akan ikrar itu
***
seperti kehilangan sebelah sayap
maka, masihkah aku bisa terbang dengan hanya sebelah sayap?



6 comments:
Iya... Akupun merasakan yang sama... Cuma bisa miss callin tadi... Sempet bingung ada perubahan darinya :-( Semoga beliau mendapat tempat yang lebih baik :-)hanya itu doa yang bisa kupanjatkan. Kuberharap Allah terus memeluknya. Membahagiakan hatinya yang begitu tegar.
ada perjumpaan pasti ada perpisahan semua itu sunnatulloh pergi satu yang lain pasti datang...
cheer up :D
Hemm...jadi ikut sedih!bisa kebayang gimana sepinya, dan kita akan merasa kehilangan ketika sesuatu itu sudah pergi dalam hidup kita. Pasti ada ibroh dari seiap kejadian....tetep semangat ya mba !!!!!!!!
ikut sedih jadinya, tetap semngat ya Na. Tp dasar Ina telmi, In atetp ga ngerti apa yg membuat sohib ena pergi, knapa siih? jadi penasaran nih/.
(bener ga?) bukankah Alloh akanmenanungi kelak ketika di hari akhir tiadananungan selain Dia, salah satunya dua orang sahabat yangsetia, bertemu dan berpisah hanya karena Alloh SWT?
hmmm, yups jangan terlalu bersedih mbak, setiap perjumpaan pasti ada juga waktunya untuk berpisah.
Post a Comment